Membaca klompok2 islam dibalik peta politik 2019 kemarin
Kubu 01
-
nampaknya sebagian besar NU ada disini, melihat parpol
dan wakil presidennya.
-
syiah, di tahun 2014 lalu tokoh syiah jalaludin rahmad
gabung pdip, sedang deni siregar jg sering membela kubu jokowi. Alasan syiah
mendukung jokowi krn dianggap akan lebih nasionalis-plural krn di tulang
punggungi pdip. Intinya akan lebih mudah mengembangkan faham syiah, tanpa
tekanan spt misal di ‘negri2 suni’. Alasan lain mungkin potensi kemenangan
-
ahmadiyah, alasan mirip dng syiah (sama sepeti syiah
katanya ahmadiyah bukan islam, detail saya abaikan dlu)
-
sebagian salafi-wahabi yg terkonek dng Saudi, alasan
mungkin krn kunjungan raja Saudi kemarin. Juga dianggapnya jokowi sbg ‘penguasa
muslim’ versi mereka. Meski bersebrangan dng syiah, kadang juga nu dlm hal presiden
mereka ntah condong ke jokowi, meski jika prabowo menang juga mereka anggap
‘penguasa muslim’ yg sah.
Kubu 02
-
Sebagian besar muhammadiyah mungkin, mengingat parpol
& tokohnya
-
IM, dng kendaraan parpol PKSnya
-
Hti, ntah krn dibredel pemerintahan jokowi
-
Fpi, yg pemimpinya ‘dikriminalisi’ rezim jokowi
Sedang ‘klompok2 islam’ lain
mungkin tdk terlalu kentara krn selain juga tdk terlalu resmi mungkin agak
terbelah dukungan
Nah, dari gambaran diatas saya berpendapat hahwa keislaman
dan keindonesian itu absurt.
Dlm hal klompok nu&muhammadiyan itu ‘lumayan’ akrab tapi
beda dlm pandangan nasional, lha soal awal puasa & penentuan idulfitri aja
cukup sering beda.
Trus dlm ranah perjuangan klompok satu sama lain saling
serang. ‘serangan’ bisa bersifat kritikan-mengingatkan, tapi jg bisa bersifat
menjatuhkan-menumbangkan.
Meski saling
serang, tapi juga saling menopang (interdependent)
Masing2 klompok
dlm internal-external agama, isme2 non-theis pun. Saling ‘menyerang’ paham yg
dianut-diyakini.
Misal ada satu
contoh klompok aliran tertentu, ya misal aja wahabi ato syiah mungkin, klompok2
lain pasti punya berjuta alasan/hujah utk mencela. Tapi thd klompok lain misal
ahmadiyah, wahabi & syiah pasti punya alasan yg sama saat menyerang
ahmadiyah.
Tapi dlm ruang
tertentu, sebutlah ruang publik bernama sekuler. Yg berbeda2 itu ntah sementara
bisa memakai ‘baju’ yg sama misal kebangsaan-nasional. Contoh adl saat menonton
tim nasional sepakbola.
Dan tentu dilain
kesempatan kembali saling serang, apalagi dijaman sekarang ada
internet-sosialmedia. Klo dlu mungkin hanya slentingan2 di ruang mereka masing2
Membaca klompok2 islam dibalik peta politik 2019 kemarin
Reviewed by SANG-GARDA
on
17.47
Rating:
Tidak ada komentar:
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.